Sudah tiga tahun ini hujan tidak turun. Desa Soka mulai mengalami kekurangan bahan pangan dan mata air yang biasa mereka gunakan untuk kebutuhan sehari-hari menjadi kering. Sedangkan untuk meminta bantuan dari pihak luarpun mereka kesulitan karena akses transportasi yang tidak memadai.
Sebetulnya desa Soka adalah desa yang subur sehingga mereka terbiasa hidup mandiri tanpa campur tangan pihak luar dengan mengandalkan lahan pertanian dan perkebunan yang mereka kelola secara swadaya. Tapi kekeringan ini benar-benar berkepanjangan sehingga keadaan menjadi sangat menyulitkan.
Sore itu seluruh penduduk desa kembali berkumpul di lapangan dipimpin oleh sang Kepala Desa untuk berdoa memohon pada Tuhan supaya memberikan hujan. Entah sudah berapa ratus kali mereka terus berkumpul setiap hari di tengah lapangan tanpa ada hasil. Mereka sudah sangat-sangat putus asa. Apalagi saat ini sebenarnya adalah musim kemarau.
Hari itu Kepala Desa berkata, "Saudara-saudaraku janganlah putus asa. Mungkin ini adalah ujian bagi iman kita padaNya. Besok pagi kita berkumpul lagi di tempat ini dan bawalah segala sesuatu, apapun, yang kiranya menegaskan iman kita padaNya". Malam itu semua penduduk desa sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa besok.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, mereka semua sudah berkumpul di lapangan. Kebanyakan dari mereka membawa kitab suci ajaran agamanya masing-masing, ada pula yang membawa kurban untuk dipersembahkan pada Tuhannya. Lalu semuanya bersiap diri untuk memanjatkan doa permohonan.
Suasana menjadi sangat hening. Tidak lama kemudian terdengar suara bergemuruh disertai angin yang berhembus cukup kencang. Semua orang disana langsung membuka matanya dan melihat awan mendung yang sangat tebal bergerak bergulung-gulung tertiup angin. Tidak lama kemudian titik-titik air mulai jatuh semakin lama semakin deras.
Dengan spontan mereka semua bersorak-sorak kegirangan. Kemudian diantara mereka mulai muncul kesombongan dengan mengatakan bahwa karena doa dan kepercayaan kelompoknyalah Tuhan berkenan dan mau mendatangkan hujan ini. Kemudian kekacauan mulai terjadi. Masing-masing dari mereka bersitegang bahwa kepercayaan kelompoknyalah yang benar.
Kepala Desa mulai resah melihat keadaan ini. Seharusnya saat ini mereka tidak perlu meributkan hal semacam ini. Yang terpenting saat ini Tuhan sudah memberikan hujan seperti yang mereka minta.
Ditengah keresahannya, mata Kepala Desa menangkap suatu keadaan yang sangat menarik perhatiannya. Di tengah keributan orang-orang ia melihat seorang gadis cilik berumur sekitar 6 tahun sedang kesulitan menarik-narik sebuah benda.Setelah Kepala Desa memperhatikan lebih dekat, ternyata gadis cilik itu sedang beusaha membuka payung kecilnya yang rupanya macet karena karat.Si Kepala Desa kemudian tersenyum sambil mendekat pada gadis kecil itu kemudian membantu membukakan payungnya. Kemudian dia berteriak dengan sangat lantang. "Hei!!! Kalian semua diam!!!".
Semua orang mendadak terdiam dan menoleh ke arah Kepala Desa. Kemudian Kepala Desa mulai melanjutkan, "Kalian lihatlah anak ini!". "Iman anak inilah yang telah menggoyahkan hati Tuhan untuk menurunkan hujan ini", katanya sambil menunjuk pada seorang gadis kecil yang sedang melompat-lompat gembira bermain air sambil membawa payung kecilnya. "Kalian semua meributkan hal-hal yang seharusnya tidak kalian ributkan. Kesombongan sudah membutakan hati kalian".
Semua orang terdiam. Dalam hati, mereka tahu bahwa Kepala Desa mengatakan hal yang benar. Gadis kecil ini memiliki iman yang lebih besar dari siapapun disini. Dia membawa payung pasti dengan keyakinan yang teguh kalau hari ini Tuhan pasti akan memberikan hujan yang dibutuhkan desa ini.
Sebetulnya desa Soka adalah desa yang subur sehingga mereka terbiasa hidup mandiri tanpa campur tangan pihak luar dengan mengandalkan lahan pertanian dan perkebunan yang mereka kelola secara swadaya. Tapi kekeringan ini benar-benar berkepanjangan sehingga keadaan menjadi sangat menyulitkan.
Sore itu seluruh penduduk desa kembali berkumpul di lapangan dipimpin oleh sang Kepala Desa untuk berdoa memohon pada Tuhan supaya memberikan hujan. Entah sudah berapa ratus kali mereka terus berkumpul setiap hari di tengah lapangan tanpa ada hasil. Mereka sudah sangat-sangat putus asa. Apalagi saat ini sebenarnya adalah musim kemarau.
Hari itu Kepala Desa berkata, "Saudara-saudaraku janganlah putus asa. Mungkin ini adalah ujian bagi iman kita padaNya. Besok pagi kita berkumpul lagi di tempat ini dan bawalah segala sesuatu, apapun, yang kiranya menegaskan iman kita padaNya". Malam itu semua penduduk desa sibuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa besok.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, mereka semua sudah berkumpul di lapangan. Kebanyakan dari mereka membawa kitab suci ajaran agamanya masing-masing, ada pula yang membawa kurban untuk dipersembahkan pada Tuhannya. Lalu semuanya bersiap diri untuk memanjatkan doa permohonan.
Suasana menjadi sangat hening. Tidak lama kemudian terdengar suara bergemuruh disertai angin yang berhembus cukup kencang. Semua orang disana langsung membuka matanya dan melihat awan mendung yang sangat tebal bergerak bergulung-gulung tertiup angin. Tidak lama kemudian titik-titik air mulai jatuh semakin lama semakin deras.
Dengan spontan mereka semua bersorak-sorak kegirangan. Kemudian diantara mereka mulai muncul kesombongan dengan mengatakan bahwa karena doa dan kepercayaan kelompoknyalah Tuhan berkenan dan mau mendatangkan hujan ini. Kemudian kekacauan mulai terjadi. Masing-masing dari mereka bersitegang bahwa kepercayaan kelompoknyalah yang benar.
Kepala Desa mulai resah melihat keadaan ini. Seharusnya saat ini mereka tidak perlu meributkan hal semacam ini. Yang terpenting saat ini Tuhan sudah memberikan hujan seperti yang mereka minta.
Ditengah keresahannya, mata Kepala Desa menangkap suatu keadaan yang sangat menarik perhatiannya. Di tengah keributan orang-orang ia melihat seorang gadis cilik berumur sekitar 6 tahun sedang kesulitan menarik-narik sebuah benda.Setelah Kepala Desa memperhatikan lebih dekat, ternyata gadis cilik itu sedang beusaha membuka payung kecilnya yang rupanya macet karena karat.Si Kepala Desa kemudian tersenyum sambil mendekat pada gadis kecil itu kemudian membantu membukakan payungnya. Kemudian dia berteriak dengan sangat lantang. "Hei!!! Kalian semua diam!!!".
Semua orang mendadak terdiam dan menoleh ke arah Kepala Desa. Kemudian Kepala Desa mulai melanjutkan, "Kalian lihatlah anak ini!". "Iman anak inilah yang telah menggoyahkan hati Tuhan untuk menurunkan hujan ini", katanya sambil menunjuk pada seorang gadis kecil yang sedang melompat-lompat gembira bermain air sambil membawa payung kecilnya. "Kalian semua meributkan hal-hal yang seharusnya tidak kalian ributkan. Kesombongan sudah membutakan hati kalian".
Semua orang terdiam. Dalam hati, mereka tahu bahwa Kepala Desa mengatakan hal yang benar. Gadis kecil ini memiliki iman yang lebih besar dari siapapun disini. Dia membawa payung pasti dengan keyakinan yang teguh kalau hari ini Tuhan pasti akan memberikan hujan yang dibutuhkan desa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar